Customer Due Dilligence atau yang dikenal dengan CDD serta Enhanced Due Diligence (EDD) sangatlah penting. Keduanya adalah bagian dari manajemen risiko pelanggan yang diterapkan perusahaan. Biasanya, yang menerapkannya adalah institusi keuangan. Lantas, sebenarnya apa sih yang dimaksud dengan Customer Due Diligence serta Enhanced Due Diligence?
Berikut informasi penting yang harus Anda ketahui.
Mengenal Lebih Jauh Customer Due Diligence
Sebenarnya, baik itu CDD ataupun EDD bisa dijelaskan sebagai pemeriksaan latar belakang. Laporan ini bisa untuk perorangan atau untuk sebuah perusahaan. Nah, keduanya bisa membuat suatu perusahaan bisa memperoleh informasi. Dari informasi inilah, maka penentuan manajemen risiko terhadap pelanggan bisa diterapkan.
Customer Due Diligence bisa dijabarkan sebagai sebuah proses pengumpulan profil pelanggan. Selain itu, yang dikumpulkan adalah informasi pelanggan yang dianggap relevan. Data-data inilah yang kemudian akan kembali dievaluasi. Tujuannya demi mengetahui dari mana dan seperti apa penggunaan dari data tersebut. Jika ternyata ada risiko kemungkinan untuk terorisme atau pencucian uang, tentu harus ditangani.
Jika CDD selesai dilakukan dan tingkat risiko dari data sudah ditetapkan, maka perusahaan akan melakukan tindak lanjut. Tingkat risiko pelanggan akan ditentukan. Perusahaan pun akan memutuskan apakah akan melakukan kerja sama tingkat lanjut atau tidak.
CDD Diwajibkan Pemerintah
Peraturan No. 14/27/PBI/2021 diterbitkan Bank Indonesa terkait dengan CDD. Aturan ini adalah Implementasi Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme bagi Bank. Alhasil, seluruh bank di Indonesia harus menerapkannya sejak Desember 20211.
Berikut adalah sejumlah prosedur CDD yang bisa Anda pahami.
- Pelanggan atau badan akan dimintai informasi.
- Pemilik atau penerima akun akan diidentifikasi. Pemilik pertama juga akan dikenakan prosedur CDD.
- Dokumen yang diserahkan oleh pelanggan akan diverifikasi.
- Data dari pelanggan akan dimutakhirkan dan diobservasi secara konstan.
Pelanggan yang datang sendiri atau diperkirakan prospektif akan dikenakan prosedur ini. Tujuannya demi memastikan transaksi data aman dan tidak mencurigakan. Jika CDD sudah diselesaikan, maka langkah lain bisa dilakukan. Langkah tersebut adalah Enhanced Due Diligence (EDD).
Mengenal Enhanced Due Diligence
EDD bisa dijelaskan sebagai proses saat pelanggan telah melalui tahap penilaian. Mereka juga sudah dicek tingkat risikonya bagi perusahaan. Proses utama dari EDD ini adalah mendapatkan persetujuan dari manajemen senior. Hal ini harus dilakukan sebelum melakukan kerja sama dengan pelanggan. Evaluasi sumber kekayaan juga harus dicek sebelumnya.
Terdapat sejumlah pelanggan yang dianggap melakukan transaksi berisiko sehingga harus menjalani EDD. Berikut adalah daftarnya.
- Orang-orang yang dianggap terekspos secara politis atau dianggap sebagai PEP.
- Terkait terorisme.
- Melakukan transaksi di negara berisiko tinggi.
- Pembukaan rekening dilakukan secara virtual, bukannya tatap muka.
- Transaksi dianggap menyimpang atau berbeda dari profil pelanggan.
- Pelanggan tinggal di lokasi atau negara yang berisiko tinggi.
- Pelanggan yang terkait dengan orang-orang PEP.
- Rekening koresponden.
EDD mutlak dilakukan demi observasi lebih mendalam. Mereka yang bertanggung jawab akan proses ini adalah manajer hubungan senior. Orang-orang inilah yang bisa menolak atau mengakhiri transaksi terhadap orang yang dianggap berisiko.
Selain mengetahui proses CDD dan EDD, Anda juga harus waspada akan transaksi sederhana. Contohnya, saat Anda melakukan jual beli online, jangan asal mengirim uang. Sebaiknya Anda mengecek nomor rekening tujuan terlebih dahulu di sini. Dengan cara ini, Anda bisa memastikan apakah nomor rekening berpotensi melakukan penipuan atau bukan. Anda pun tidak akan mudah terjebak menjadi korban yang merugi.
Apakah Anda berpengalaman melakukan proses CDD atau EDD? Bagikan ceritamu di kolom komentar, ya?
Sekian dan semoga bermanfaat!
Sumber: Simulasi Kredit
Baca Juga: Perlukah CDD Dalam Sebuah Bisnis?